Warmindo Jam 2 Siang

Clarissa tidak bisa berhenti tersenyum setelah mendapatkan pesan singkat dari Jeje. Dia sudah tidak sabar menunggu kelas ini berakhir dan pergi bersama ke pameran lukisan milik mamanya Jeje.

Alen yang duduk di sebelahnya hanya bisa mengernyit heran melihat kelakuan teman sekelasnya itu. Dosen mata kuliah Statistics Design yang sedang memberi materi di depan tak dihiraukan olehnya, hingga sebuah bolpoin mekanik mendarat dengan mulus di puncak kepala Clarissa. Clarissa mengaduh kesakitan seraya mengusap puncak kepalanya yang sebenernya nggak kenapa-napa.

“Clarissa.” ucap Miss Sonya dengan tatapan tajam siap menghujam Clarissa, “Kamu ngapain senyam senyum dari tadi? Udah merasa bisa jadi nggak perlu fokus sama materi yang saya jelasin?” tuduh Miss Sonya.

Kini semua penghuni kelas memusatkan pandangannya bergantian ke arah Miss Sonya yang sedang marah dan Clarissa yang diam dengan muka cengo dan bahasa tubuh yang sedikit kikuk.

“Maaf miss. Saya nggak bermaksud begitu.”

“Keluar.”

“Maaf?”

“Silahkan keluar dari kelas saya.”

Bukannya merasa bersalah, Clarissa dengan senang hati melangkah keluar kelas diikuti senyuman mengembang di wajahnya. Beberapa teman kelasnya menahan tawa melihat wajah Miss Sonya yang merah padam sementara Clarissa dengan santainya keluar kelas tanpa mau menoleh ke belakang lagi. Alen dan Safira ikut geleng-geleng kepala melihat tingkah Clarissa.

Tujuannya kali ini adalah warmindo dekat perempatan kampus. Bodo amat mau dicap aneh, siang bolong begini main ke warmindo. Yang ada di pikiran Clarissa saat ini hanya indomie rebus dengan kornet dan secangkir good day coolin yang pasti akan mengenyangkan perutnya.

——

Setelah memesan makanan, Clarissa memilih tempat duduk di pojok dekat segerombolan mahasiswa lain yang juga ingin menikmati makanan di tempat ini.

Belum ada lima menit dia duduk, telinganya merasa terganggu dengan pembahasan orang-orang di sebelahnya ini.

”Lo tau Jeffrey anak arsi itu?” ucap seorang cewek berambut blonde dengan bandana hitam di kepalanya.

Cowok berkaos hitam dengan sablonan muka Ariana Grande menyahut, ”Yang anaknya Gloria tukang lukis?”

”Anjing tukang lukis. Hahaha.”

”Denger-denger dia punya adik lho.”

”Penting banget anjing ngomongin ginian doang?” sindir cowok gemuk yang kelihatannya tidak pembahasan ini semakin panjang.

”Aduh asal lo tau adiknya ini bisu, makanya keluarga mereka nggak mau publik tau karo mereka punya anak dua. Takut banget ya reputasinya jadi jelek.”

”Serius lo kalo adiknya bisu? Gue juga bakal malu lah kalo punya keluarga yang cacat hahahaha.”

”Serius lah hahaha kaya tapi bisu buat apa hidup?”

Clarissa yang mendengarnya muak, selesai menyantap makanannya dengan penuh emosi dia mengambil cangkir kopi miliknya yang belum disentuh sama sekali, lalu melangkah mendekati meja tukang ghibah tadi. Dengan sengaja Clarissa berjalan terhuyung hingga segelas kopi miliknya tumpah tepat mengenai baju cewek blonde yang memulai perghibahan tadi.

“Aduh maaf ya, gak sengaja.”

Cewek blonde tadi bangkit dari kursinya dan menatap marah pada Clarissa.

“Maksud lo apaan?”

“Gue gak sengaja. Kan gue juga udah minta maaf.”

“Anjing!”

Clarissa mengeluarkan beberapa lembar udang seratus ribuan dan meletakannya diatas meja.

“Buat ganti baju lo. Sekalian buat biaya cuci mulut kalian ya, soalnya kotor banget kayak sampah.”

Setelah itu Clarissa melangkah pergi diiringi tatapan kesal mereka yang masih duduk disana. Clarissa tertawa dengan keras seperti orang kerasukan setelah duduk di belakang kemudi mobilnya. Setelah puas tertawa dia mengemudikan mobilnya membelah kota Jakarta yang terlihat lengang.