hug
Alissa keluar dari bilik toilet sekolah dengan tangan kiri membawa tissue basah untuk dibuang. Rencananya habis ini Alissa mau ke kantin karena perutnya sudah meronta minta diisi sedari tadi.
Saat sedang mencuci tangannya di wastafel, dari pantulan cermin muncul sosok cewek berseragam seperti Alissa yang membuat dirinya kaget bukan main.
“Eh, sorry. Ngagetin ya?” ucap cewek tadi.
Alissa yang masih agak shock hanya mengangguk cepat sambil mengeringkan tangannya.
“Hehehe. Lo Alissa ya?”
“Iya. Kenapa?”
Cewek tadi manggut-manggut sambil mengulurkan tangan kanannya. “Kenalin, gue Kanaya. Mantan pacarnya Devon.”
“Ah okay???” ucap Alissa tanpa mau bersalaman dengan Kanaya.
Kanaya tertawa kecil, menarik kembali tangan kanannya yang sempat terulur “Jutek banget ternyata.”
“Kalo gak penting gue permisi dulu ya.”
“Selera Devon oke juga.” ucap Kanaya saat Alissa sudah pergi meninggalkan toilet.
Devon dan teman-temannya mengisi waktu istirahat dengan bermain basket di lapangan utama. Kemeja putihnya sudah terlepas dan dibiarkan tergeletak di bangku pinggir lapangan. Sekarang hanya tersisa kaos hitam polos yang melekat dengan pas di tubuhnya.
“Woe lempar ke sini, Von!!” teriak Haikal saat melihat Devon mau melempar bolanya ke arah Fabio.
Devon tersenyum mengejek “Ogah wleee.”
Karena nggak fokus dengan permainan bolanya, Devon tergelincir hingga jatuh, sementara bola basket yang ada di tangannya terlempar jauh keluar lapangan mengenai kepala seseorang yang sedang lewat dengan sekotak susu di tangannya.
Devon dan Alissa—seseorang yang kepalanya kena timpuk bola Devon—mengaduh sakit secara bersamaan. Siku Devon lecet hingga sedikit berdarah sementara Alissa kesal bukan main, bukan karena kepalanya sakit tapi karena susu kotaknya harus tumpah di lantai.
Teman-teman Devon mendekati Devon yang sudah bangkit dari posisi jatuhnya.
“Buset lo gapapa?”
“Lecet dikit doang. Itu bola gue kemana?”
“Kena kepala Alissa.”
Muka Devon langsung cengo. “Hah? Mana anaknya?”
“Tuh lagi bersihin tumpahan susunya.”
Devon segera pergi menuju tempat Alissa yang sedang membereskan tumpahan susu dengan tissue.
“Als lo gapapa?”
Alissa mendongak menatap Devon dengan datar dan nggak bicara apapun. Karena melihat Alissa yang diam saja Devon refleks meraih tubuh Alissa dan memeluknya, tubuh Alissa yang sedang tidak siap memudahkan Devon buat memeluk Alissa. Tangan kanannya kini mengelus kepala Alissa dengan pelan.
“Mana yang sakit?” tanya Devon masih memeluk Alissa di pinggir lapangan. Tatapannya terlihat makin khawatir saat yang diajak bicara belum juga mau menjawab pertanyaannya. “Kok diem aja sih, Als. Maafin gue ya Als tadi gak sengaja sumpah.”
Alissa berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Devon, walaupun nggak bisa bohong kalau pelukan Devon bikin dia nyaman makanya dia diem aja dari tadi.
“Aku gak kenapa-napa Devon.”
“Serius? Nggak kerasa mau pingsan?”
“Nggak lah lebay banget. Tapi susunya tumpah, kamu tanggung jawab.”
Devon bernapas lega, “Ntar gue beliin sekerdus.” canda Devon, tangan kanannya yang lecet terangkat mengacak pelan rambut Alissa.
“Tangan kamu lecet.”
“Ah ini mah lecet dikit ntar juga sembuh sendiri.”
“Itu keluar darahnya Devon, ayo ke UKS aku obatin.”
“Kalo lo yang ngobatin sih mana bisa gue nolak?” kata Devon sambil tertawa sehingga kedua matanya membentuk bulan sabit yang lucu.
“Gemes.” ucap Alissa pelan. Keceplosan.
“Eh? Lo ngomong apa Als?”
Alissa gelagapan sendiri takut Devon mendengar ucapannya tadi.
“Ngga ngomong apa-apa kok. Buruan ke UKS!”